Jakarta, 15/04 (KOMPAS.com): Menteri Kehutanan (Menhut) MS Kaban mengemukakan, Indonesia bersedekah besar menyerap emisi dari negara-negara industri dengan hutan tropis yang menyerap karbon.
\”Negara industri melepas CO2 yang diserap hutan di Indonesia dan negara berkembang lain, namun insentifnya belum ada, sehingga kita bersedekah besar pada mereka,\” katanya di Jakarta, Rabu.
Berbicara sebagai pembicara kunci seminar sehari bertema \”Menggalang Inisiatif Perdagangan Karbon Sukarela\” yang diadakan Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) dan Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) Dephut, ia mengupas masalah belum seimbangnya kompensasi itu. Menurut dia, negara industri yang banyak melepas emisi CO2 seringkali hanya menyoal deforestasi, tetapi atas usaha negara berkembang yang menjaga kelestarian hutannya belum dihargai dengan semestinya. \”Mestinya aktivis lingkungan kita bisa membantu menyuarakan belum seimbangnya kompensasi karbon itu,\” katanya.
Karena itu, kata dia, semua pemangku kepentingan lingkungan, termasuk kehutanan dan aktivis lingkungan di Indonesia perlu mendesak negara industri bagaimana insentif dari penyerapan karbon itu. Merujuk pada studi badan PBB, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), tahun 2006, MS Kaban mengemukakan, hutan beserta tanah di bawahnya di seluruh dunia menyimpan karbon lebih dari 1 triliun ton karbon, yang berarti dua kali lipat jumlah karbon di atmosfer. Sedangkan kerusakan hutan, kata dia, menambah hampir 6 miliar ton CO2 ke atmosfer per tahun.