Satu wujud dari hasi Rakernas LEI 2009, pada tanggal 4 Oktober 2009, Tim kerja pengembangan sertifikasi kalautan LEI di sahkan oleh Direktur eksekutif BP-LEI. Selanjutnya Tim yang terdiri dari 5 orang anggota LEI melakukan diskusi via email untuk menyusun dokumen rencana strategi pengembangan sertifikasi kelautan 2010-2014. Draft dokumen renstra kini telah berstatus draft 3.
Berbarengan dengan proses diskusi penyusunan draft tersebut, pada tanggal 2 s/d 4 November 2009, di Pekanbaru-Riau, Loka Konservasi Perairan Nasional (LKPN) menyelenggarakan sosialialisasi dan koordinasi program kerja, Acara nasional ini menghadirkan seluruh kepala Dinas Perikanan & kelautan kabupaten/propinsi wilayah pesisir di Indonesia. Ketika itu LEI tidak masuk dalam daftar undangan, Namun setelah memberikan penjelasan tentang keberadaan Tim kerja pengembangan sertifikasi kelautan LEI, maka ketua LKPN sekaligus ketua penyelenggara dengan senang hati memasukkan LEI sebagai peserta dalam acara tersebut.
Informasi penting bagi bagi tim pengembang sertifikasi kelautan dalam mengikuti acara ini adalah; 1) pada tahun 2009 telah terlingkup 13,5 juta hektar laut berstatus kawasan konservasi dan pada tahun 2014 diprediksi telah melingkupi 15,5 Juta Ha. Kawasan konservasi yang akan dikelola akan memastikan perlidungan habitat dan spesies yang akan berdampak pada pensejahteraan masyarakat dari upaya eksploitasi biota laut dengan menegakkan prinsip kehati-hatian dan bertanggung jawab. Selain itu juga diinformasikan ambisi mentri kelautan dan perikanan Fadel Muhammad untuk menjadikan Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai Departemen berbudget tinggi agar mampu menciptakan Indonesia sebagai produsen perikanan terbesar di Dunia. Dengan demikian kepastian produk berkualitas dan ramah lingkungan menjadi keunggulan yang akan ditawarkan Indonesia ke pasar global.
Bersamaan dengan menghadiri acara yang digelar LKPN, pada tanggal 2 November 2009, Ketua Tim Pengembangan Sertifikasi Laut LEI, Fadil Nandila, melakukan milist lounching tentang keberadaan Tim kecil ini ke milist-milist yang berhubungan dengan pengelolan sumberdaya laut dan sumberdaya alam. Dampak positif dari milist lounching ini adalah munculnya tanggapan-tanggapan selamat datang dari para stakeholder bidang perikanan dan kelautan serta milister sumberdaya alam lainnya yang mengingatkan agar system sertifikasi yang dibangun oleh LEI dipastikan tidak mendiskriminasi masyarakat tradisional.
Selain ucapan selamat datang menjadi stakeholder bidang perikanan dan kelautan, pada tanggal 11 November 2009, Tim kerja ini diundang sebagai salah satu peserta workshop nasional Finalisasi Strategi Pengelolaan Ikan Karang Berkelanjutan yang diselenggarakan di Jakarta oleh Direktorat Jendral Kelautan, Pesisir dan Pulau Kecil, Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang.
Informasi penting yang diskusikan dalam workshop ini adalah penyiapan Indonesia memiliki system sertifikasi produk kelautan agar bisa diterima oleh pasar-pasar yang menuntut produk ramah lingkungan. Semoga kali ini LEI berkesempatan mengantarkan tongkat estafet menuju produk kelautan bersertifikat LEI.
Selanjutnya pada tanggal 17 November 2009, di persiapkan pertemuan perdana Tim Sertifikasi Kelautan LEI untuk memformulasikan ide strategis untuk menuju penggalangan dana kegiatan Tim Sertifikasi kelautan LEI.
***